9 Januari 2014

Bermain di Bawah Terik Matahari

Waktu saya masih kecil, yaa sekitar 7-8 tahunlah, saya paling seneng main di luar rumah. Mulai dari pagi sampe sebelum azan maghrib, saya habiskan waktu untuk bermain bersama teman-teman di luar rumah (tapi kalo sekolah mah yaa sekolah lah :D). Pokoknya paling nggak betah banget deh diem di rumah, dan dampaknya sekarang pun tetep gitu, nggak betahan, maunya pergi ke manaaa gitu. Saking seringnya main di luar sampe dikira anaknya tetangga (soalnya dulu sering banget main di rumah tetangga, hahaha...). Ya, masa kecil saya banyak dihabiskan untuk bermain di lapangan, ya kadang main di rumah tetangga (tetangga lagi XD). Kebetulan di komplek rumah saya banyak anak yang usianya sebaya dengan saya, jadi yaa nggak salah... nggak salah kalau betahnya di luar rumah, hahaha :D.

Zaman saya kecil dulu, belum ada yang namanya Ipad, Iphone, tablet, atau gadget sejenisnya. Meskipun sudah ada Play Station dan Nintendo, tapi saya dan teman-teman lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain di bawah terik matahari. Alasannya? Karena lebih menyenangkan, itu. Ketika bisa berkejaran satu sama lain, tertawa lepas, bahkan membuat strategi buat bersembunyi. Saya sungguh beruntung bisa dilahirkan pada zaman itu, zaman dimana gadget dan game online masih belum menguasai dunia main kami, zaman dimana permainan jadul masih terus dimainkan.

Ahh, jadi kangen :')

Jadi pengen nostalgila lagi sama permainan yang sering saya mainin dengan teman-teman dulu. Semoga masih ada yang main ya? :3

Petak Umpet
Ada yang tahu permainan ini? Dilihat dari namanya pasti tentang sesuatu yang tersembunyi. Yap, jadi di permainan ini ada yang bersembunyi dan ada yang mencari (yang jaga). Permainan ini bisa dimainkan minimal 2 orang, maksimalnya.. sebanyak-banyaknya, 100 orang juga boleh (kalau sanggup XD). Terus cara mainnya gini nih :

Pertama, kita tentukan dulu siapa yang yang jadi pencari atau yang jaganya dan yang bersembunyi. Caranya macem-macem, umumnya sih hompimpa.
Hompimpa alaium gambreng (http://id.wikipedia.org/wiki/Hompimpa)
Atau bisa juga dengan cara gini.
Cara nyari yang jaga (http://www.jakartanetwork.com/2010/07/petak-umpet-bawah-bambu.html)
Para kaki dikumpulkan (kayak apa aja -_-), terus ada satu orang yang bertugas mengucapkan mantra (lho?), eh maksudnya semacam kayak nyanyian buat hompimpa gitu deh. Kalau yang biasa saya mainin tuh kayak gini :
Minyak kayu putih digosok di badan
Bendera merah putih tandanya hilang
Ibu lagi nyuci pant*tnya hilang

Nanti yang kepilih (ketunjuk) dialah yang jaga atau yang jadi pencarinya. Atau bisa juga milihnya kayak gini :
Cang kacang panjang yang panjang ucing

Tapi sebelumnya bikin kesepakatan dulu, yang panjang atau pendek tangannya yang jadi penjaga atau pencari. Kalau misal panjang yang dipilih, terus pas akhir nyanyian itu ada yang panjang (maksudnya merentangkan tangan ke depan) itulah yang jadi pencarinya.

Nah, kalau urusan cari penjaga atau pencari selesai, sekarang cari home base atau tempat si pencari berada. Misal di dinding atau di pohon, terserah deh. Asal jangan di tempat bahaya ya, kayak di tiang listrik. Salah tempat malah bikin meregang nyawa jadinya -________-a.
http://permata-nusantara.blogspot.com/2009/02/permainan-petak-umpet.html
Di tempat itu nantinya setiap menemukan temen-temen yang sembunyi, harus memegang home base tersebut dengan kata-kata yang udah disepakati, misal "ketemu", "skip", "dua lima", "lima puluh", gitu-gitu deh. Juga berlaku buat yang bersembunyi, dimana mereka harus bisa memegang home base dengan kata-kata tersebut sebelum sang pencari datang. Intinya harus cepet-cepetan gitu.

Petak umpet pun bisa langsung dimainkan. Si pencari menghitung sesuai yang disepakati sama temen-temen yang bersembunyi, misal sampe 10. Si pencari berdiri menghadap pohon sambil menutup matanya dengan tangan menghitung 1 sampai 10, dan temen-temen lain bersembunyi di tempat yang tidak terlihat sama sang pencari. Kalau tempat sembunyi favorit saya biasanya di balik rumput :D/.

Hal yang perlu dicermati adalah area bermain. Jangan sampe yang bersembunyi kelewat batas. Pernah suatu ketika saya bermain petak umpet dengan temen-temen saya. Karena areanya bebas alias nggak terbatas, akhirnya saya pun bersembunyi di dalam rumah sendiri. Ya di rumah, bisa minum dulu, istirahat dulu. Temen saya yang jadi pencari kebingungan nyari temen-temen yang sembunyi, jelas karena pada sembunyi di rumah masing-masing, dan akhirnya permainan berakhir karena sang pencari pundung nggak mau nyari temen-temen yang sembunyi, hahaha...

Bancakan
Hampir sama kayak petak umpet pada umumnya. Tapi yang membedakan adalah si ucing alias penjaga atau pencari menyusun bata atau genteng sampai semua tersusun. Baru setelah itu pencari bisa mencari temen-temen yang bersembunyi. Nah, temen-temen yang bersembunyi mendatangi home base dan kemudian menghancurkan susunan bata itu sebelum pencari datang. Kalau udah hancur, ya pencari harus menyusunnya lagi, dan temen-temen yang lain bisa bersembunyi (lagi). Biasanya kalau si pencari nemu yang sembunyi, dia akan lari ke home base, dan menginjak batu sambil berteriak "Bancakan", dan yang ketahuan itu keluar dari permainan.
Bancakan (http://www.pikiran-rakyat.com/node/204669)
Kalau di tempat saya sih namanya Bancakan itu, kata mbah Wiki juga Bancakan termasuk permainan tradisional Jawa Barat. Di tempat temen-temen kayak gimana? Barangkali namanya beda gitu :).

Ucing Kup atau Cing Kup
Adalah permainan yang melatih kepekaan terhadap sentuhan, seorang anak yang di sentuh " kucing" oleh temannya maka tangannya harus cepat-cepat di silangkan kedadanya. Apabila terlambat maka giliran dia yang menjadi "kucing" selanjutnya. Sesuai dengan perkembangan aturan bertambah kalau saat cingkup tidak boleh terlihat gigi atau tersenyum karena itu juga menyebabkan dia menjadi "kucing". Permainan ini dilakukan dengan berlarian di halaman rumah, yang menjadi kucing dia yang mengejar lalu menyentuh seorang anak sebelum melakukan cingkup agar dia tidak menjadi kucing (Disparbud Jabar).
Cing Kup (http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=995&lang=id)

Untuk mencari kucingnya sama halnya kayak petak umpet. Permainan akan dimulai ketika sang "kucing" terpilih, dan tugasnya adalah mencari "mangsa" yang bisa saja jika tersentuh tangannya, maka peran si kucing akan berganti dengan orang yang tersentuh. Dulu saya sering banger main permainan ini dengan temen-temen saya, tapi biasanya kita mainnya dengan aturan sendiri. Mungkin bawaan suka nonton Sailormoon kali ya yang punya kekuatan super. Jadi biasanya temen-temen yang udah cingkup bisa melepas cingkup dengan sendirinya tanpa "dibangunkan" dengan temannya yang belum melakukan cingkup. Padahal itu nggak boleh, tapi dasar anak-anak aja buat aturan sendiri :D.

Bebentengan atau Benteng-bentengan
Permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan sebanyak 16–24 orang. Permainan ini memerlukan tempat yang cukup luas dengan ukuran kira-kira 10 x 5 meter2 sehingga dapat bermain leluasa, alat yang diperlukan beberapa buah bata/batu sebagai bentengnya. Ditinjau dari segi edukatif permainan ini sangat baik bagi perkembangan bakat dan membantu pertumbuhan jasmani anak-anak karena secara tidak langsung melatih kelincahan dan kecepatan lari, juga melatih penglihatan di samping mempelajari cara mengecoh lawan (Disparbud Jabar).

Kalau saya main permainan ini biasanya waktu bulan Romadhon, sambil ngabuburit, kita suka main di halaman masjid. Yang bikin greget adalah gimana caranya kita bisa mempertahankan benteng kita dari serangan lawan. Disinilah kita belajar untuk mengatur strategi, mempertahankan dan menaklukan benteng lawan. Nama lain dari benteng-bentengan itu adalah pris-prisan. Mungkin kalau di daerah lain beda kali ya? :D

Perepet Jengkol
Permainan “Perepet Jengkol” ini biasanya dimainkan ketika malam terang bulan. Dulu saat terang bulan  seperti ini anak-anak kampung keluar rumah untuk bermain di halaman. Permainan ini dimainkan oleh 3 – 4 anak perempuan atau lelaki. Pemain berdiri saling membelakangi, berpegangan tangan, dan salah satu kaki saling berkaitan di arah belakang. Dengan berdiri dengan sebelah kaki, pemain harus menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh, sambil bergerak berputar kea rah kiri atau kanan menurut aba-aba si dalang , yang bertepuk tangan sambil melantunkan kawih : Perepet jengkol jajahean.., Kadempet Kohkol jejeretean.. Lagu ini terus dinyanyikan berulang-ulang sampai anak-anak kelelahan atau ada anak yang terjatuh. Tidak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah dalam permainan ini. Jadi, jenis permainan ini hanya dimainkan untuk bersenang-senang pada saat terang bulan (Tentang Perepet Jengkol).
Perepet Jengkol (http://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1316241301/olimpiade-permainan-tradisional)
Saya tuh paling nggak tahan kalo main ini, pasti jatuh-jatuh mulu, hehe..

Sebenernya masih banyak permainan yang suka saya main dulu, kayak lompat tali, ucing sendal, ular naga, banyak deh. Tapi berhubung sudah malam, eh sudah pagi ya, jadi cuma segini deh yang bisa saya share kali ini. Emang sih sekarang permainan-permainan seperti ini udah jarang terlihat di daerah kota (kalau di desa mungkin masih ada ya?). Ya, teknologi telah menaklukan segalanya. Dulu, saya masih lihat banyak temen-temen yang bermain di luar tiap sore. Ya ada yang main bola, basket, atau main polisi-polisian, hehe.. Tapi sekarang udah jaraaang banget, kebanyakan dari mereka sudah beralih bermain game di gadget atau laptop. Sedih sih. Tapi saya berharap permainan tradisional ini jangan sampe punah, kalau iya, apa yang mau kita warisin ke anak cucu kita? Game di laptop atau Ipad? Kan nggak sih. Padahal ya, beberapa permainan yang tradisional yang ada banyak mengajarkan kita banyak hal, seperti kebersamaan, strategi, dan lain-lain. Sayang, permainan ini dikalahkan oleh kecanggihan dunia teknologi saat ini :(.

Semoga ada yang bisa selalu melestarikan ya, kalau bukan kita siapa lagi? :).

10 komentar:

  1. Balasan
    1. Hahaha, iya lupa mau ditulis :D
      Ada sondah juga :)

      Hapus
  2. Beda nama, tapi cara mainnya sama. Oh iya mau tanya-tanya soal template ini boleh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, tiap daerah namanya beda :)
      Iya, kenapa mas?

      Hapus
  3. petak umpet..ini mainan terpopuler saat masih kecil, walau terik matahari tak mengurangi semangat untuk bermain...hingga tak terasa kulit jadi gosong ....,
    keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, kalau belum capek pasti nggak akan berhenti main :D
      kalau di makassar namanya apa?
      Iya, salam dari saya jg, salam kenal dan mohon bantuannya :)

      Hapus
  4. kalau dulu main diluar kan seru kak. Tapi anak sekarang kebanyakan malah main game di rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, soalnya dulu belum ada gadget kayak ipad atau tablet, hehe..
      Kecanggihan teknologi telah membawa anak-anak zaman sekarang untuk lebih banyak menghabiskan waktu di depan laptop, ipad, atau tablet.
      Emang sih positifnya ada, tapi kekurangannya, banyak yang sedikit demi sedikit melupakan permainan tradisional :D

      Hapus
  5. saya dulu waktu kecil mainnya yang saya demen malah takraw dibandingkan sepak bole
    hehehe
    salam kenal mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, kayaknya susah ya takraw itu?
      iya, salam kenal juga mas :)

      Hapus