4 Januari 2014

Putih Merah

Berbicara tentang masa kecil emang nggak pernah ada abisnya. Dan terkadang kalo diinget-inget suka senyum-senyum sendiri (jangan menafsirkan saya orang nggak waras ya -_-"). Masa yang cukup menyenangkan buat saya adalah masa-masa sekolah dasar. Nggak bisa dipungkiri di masa-masa SD itu adalah masa terbahagia saya karena masih belum mengenal yang namanya beban tugas kuliah dan SKRIPSI (hahaha, ada apa dengan skripsi?).

Paduan Suara di Balai Kota

Waktu kelas 5 SD, saya masuk di sebuah kelas khusus, kelas unggulan namanya, dimana di kelas tersebut berisi siswa-siswa terpilih yang lolos tes seleksi dan hanya terdiri dari 30 orang siswa. Suatu ketika ada sebuah event dalam rangka perdamaian dunia, dimana dalam event tersebut diisi oleh paduan suara 1000 anak dari berbagai sekolah di Kota Bandung, mulai dari SD, SMP, dan SMA (banyak banget ya?). Singkat cerita, saya dan teman-teman sekelas (dan ada juga dari kelas lain) latihan setiap hari, kalau nggak salah ada 4 lagu dan 3 diantaranya lagu berbahasa Inggris (keren banget gue, #apasih?). Sampai di waktu gladi bersih kami latihan menyanyi di Balai Kota (yang namanya anak SD, diajak ke Balai Kota aja seneng banget :D), latihannya bareng sekolah-sekolah lain dan sampai maghrib. Tahulah anak SD kalau pulang maghrib gimana. Pertama kalinya saya pulang maghrib menggunakan angkot, berasa kayak pilem-pilem serem (kebanyakan nonton film ni anak -_-").
saya dan beberapa temen sekelas saya ^_^
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Berangkat di pagi hari dan berkumpul langsung di Balai Kota. Saat itu sudah banyak sekali peserta paduan suaranya, begitupun dengan penontonnya. Karena ini event besar, ada juga stasiun TV yang meliput event ini. Berasa artis jadinya, hahaha..

Kami kebagian tempat di belakang (bukan belakang panggung lho ya?). Sayangnya, barisan di depan kami orang-orangnya tinggi semua, dan kami sebagai anak SD yang tingginya nggak tinggi amat (kecuali satu temen saya yang emang udah keturunan tinggi) nggak bisa ngelihat ke penonton (lebih tepatnya nggak kelihatan). Alhasil cuma ngedumel-dumel di belakang tanpa dapet solusi, hingga akhirnya ada orang baik hati yang menyuruh kami untuk naik ke kursi agar kami bisa terlihat oleh penonton. Naiklah kami ke kursi, tapi yang bikin kesel lagi adalah orang-orang yang di depan kami pun ikutan naik kursi, dan pada akhirnya kami tetep nggak kelihatan, nasib nasib -_______-".

English Test with Mr. Day

Mr. Day adalah julukan kami untuk guru bahasa Inggris di kelas kami. Yap, mister diartikan sebagai bapak, dan day adalah hari. Jadi nama asli guru kami ini adalah Pak Hari, cuma karena mata pelajaran yang diajar beliau, jadi kami plesetin jadi Mr. Day, hahaha.. Guru saya yang satu ini nggak bisa dibilang killer, nggak dibilang baik banget juga, rada gahol alias gaul, rame, tapi juga nyebelin.

Suatu ketika Mr. Day (panggilnya gini aja ya?) mengadakan ulangan harian, dan bukan Mr. Day namanya kalau nggak bikin ulangannya mantep alias sussaah. Dan bener aja, nggak semua anak dapet nilai bagus. Bahkan yang pinter sekalipun hanya dapet nilai yang cukup buat menghela napas tapi nggak bikin senyum senang (dikira-kira aja ya berapa). Tapi yang bikin saya inget kejadian ini adalah satu temen saya yang dapat nilai 0, dan dia amat bangga dengan nilainya itu (ada-ada aja :D).

Trio ABG

Bukan singkatan dari Anak Baru Gede lho yaa, tapi ini julukan buat temen-temen sekelas saya, terdiri dari Alan, Brama, dan Galih (maaf nama kalian saya sebut, hehe..). Ketiga temen saya ini paling jago banget main basket, kalo udah ngelawan mereka dijamin deh.. dijamin kalah maksudnya, haha.. Apalagi salah satu dari mereka ada yang jago nembak 3 point. Kalau mereka udah main, wiihh kayak nonton Slam Dunk, hahahaha :D/.

Cinlok Anak SD

Yang namanya cinta lokasi alias cinlok emang nggak terjadi sama artis di lokasi syuting doang, ada kalanya terjadi sama anak SD. Apa-apa yang kalau itu udah ada kaitannya hubungan cewek dan cowok pasti suka dianggapnya ada sesuatu. Kena senggol dikit, disorakin "adeuuuhhh...", deket dikit "adeeuhhh.", berantem dikit "adeuuuhhh", dan semuanya di-adeuh-in (padahal nggak ada yang sakit :Da). Suatu hari, nggak tahu awalnya gimana, salah seorang temen cewek saya nggak sengaja tabrakan dengan temen cowok saya. Naahh, gara-gara kejadian tabrakan itu, tersebarlah gosip yang nggak-nggak di seantero kelas, si cowok suka sama si cewek lah, tiap-tiap deket selalu disorakin "adeuh", lagi papasan disorakin lagi "adeuuh", dan gosip itu tetep bertahan sampe kelas 6 SD, berarti ada 1 tahun tuh ya? Hmm.. dasar anak SD! (kan kamu juga Des -___-a)

Mengintip Membawa Bencana

Karena judulnya agak kriminal, tokoh di cerita ini saya samarkan ya :D. Kejadian ini bermula ketika temen saya berinisial R sedang melihat aktivitas si D yang kelihatannya asyik banget menulis sesuatu yang "rahasia". Kenapa rahasia? Soalnya dia nulisnya sambil ditutup-tutupin gitu sih, jadi kan kayak yang lain nggak boleh lihat, hahaha...

Padahal niat si R nggak buat ngapa-ngapain, cuma barangkali aja dia penasaran sama yang D lakuin. Tapi karena D yang kaget ngelihat R yang ngelihat D lagi nulis, spontan si D langsung marah-marah sama R, dan terjadilah perang mulut di antara mereka. Si R yang terkenal sok dan nggak mau ngalah serta D yang ngerasa privasinya dilihat orang lain menambah kehebohan dalam perang mulut mereka.
Kejadian ini ngebuat temen saya, GL, langsung bereaksi. Awalnya mau ngelerai, tapi karena R orangnya nggak bisa diam dan banyak omong, GL langsung "menyekap" tangan R dan menyuruh GN untuk mengambil sesuatu yang bisa dipakai untuk mengikat tangannya (cara darimanaa ini), dan GN mendapatkan tali rafia yang nggak tahu dapat darimana. Mungkin GN jahil ya, tali rafia yang harusnya mengikat tangan R, jadinya malah ke lehernya, jelaslah si R kecekik, kasian banget. Tapi karena kejadian itulah tawa membahana di seantero kelas, ada-ada aja :D.

Berebut Ayam Serundeng

Agak aneh memang, kenapa makanan sejenis ayam ini bisa direbutin. Jadi gini ceritanya, suatu ketika seorang temen saya hobi bekel makanan dari rumahnya (saya juga sih :D), dia seneng banget bekel nasi plus ayam serundeng buatan ibunya. Entah kenapa, ayam serundengnya amat sangat teramat enak, hingga akhirnya ayamnya laku keras karena "dicuilin" sama temen-temen sekelas. Tiap dia bekel ayam serundeng, dan seketika itu ayamnya habis. Saya baru kepikiran sekarang, kenapa ibunya nggak bikin usaha jualan ayam serundeng aja ya, pasti bakal laris manis (dan termasuk saya pembelinya :D).  Karena larisnya ayam serundeng itu, saat dia ulang tahun, dia mengundang temen-temen sekelas untuk datang ke rumahnya dan mendapat jatah ayam serundeng 1 potong, sayang saya nggak bisa dateng waktu itu. Tapi entah kenapa setelah menulis tentang ini kok jadi kepengen ayam serundengmu, ahahaha XD..

Bersih-bersih Kelas

Emang udah jadi "budaya" ketika ada tokoh penting datang ke sekolah pasti semua warga mulai dari Kepsek sampe pejaga sekolah sibuk-sibuk sendiri, apalagi kalo bukan bersih-bersih sekolah. Waktu itu wali kelas kami, Pak Hobir, menyuruh kami untuk membersihkan kelas sebersih-bersihnya sekinclong-kinclongnya karena pada hari itu akan datang Walikota Bandung ke sekolah.

Bak menyambut artis, kita langsung menyapu, mengepel (yang biasanya jarang), membersihkan kaca, bahkan membersihkan debu di pojok kelas yang biasanya jarang dibersihkan, pokoknya sampe nggak malu-maluin kelaslah. Karena begitu pentingnya kedatangan Walikota ini, sampe-sampe wali kelas berdandan rapi dengan memakai jas, TOP abislah. Setelah dirasa kelas bersih. Kita pun menunggu kedatangan Walikota di kelas, sampe terdengar kabar bahwa Walikota tidak jadi datang ke sekolah melainkan stafnya. Udah aja, suasana jadi hampa, terutama capeknya abis ngebersihin kelas. Tapi ambil sisi positifnya aja ya, kelasnya jadi bersih, apalagi ngebantuin yang piket di hari itu :v.

Boy-boyan

Waktu kelas 6 SD, kelas saya sering banget kosong alias guru jarang datang ke kelas. Alhasil, demi mengisi waktu kekosongan itu (karena kita masih SD) kita bermain boy-boyan di lapangan. Ada yang nggak tahu boy-boyan? Itu semacam permainan dimana dibagi 2 grup, grup jaga dan grup apa tuh ya namanya anggap aja grup pengejar (aslinya bukan ini namanya, lupa :p). Akan ada tumpukan bata dimana nantinya grup pengejar akan mencoba untuk menghancurkan tumpukan itu. Kalau tumpukan itu nggak runtuh, permainan nggak akan bisa dimulai. Dan grup ini bisa berganti (grup jaga bisa jadi pengejar begitupun sebaliknya) ketika semua anggota pengejar nggak bisa ngeruntuhin tumpukan bata. Oya, ngeruntuhinnya pake bola tenis. Nah, kalau tumpukannya sudah runtuh. Giliran grup pengejar yang mengenai grup jaga menggunakan bola itu. Grup pengejar dikatakan menang ketika berhasil menaklukan grup jaga. Kira-kira gitu permainannya, maklum udah bertahun-tahun nggak main, hahaha...

Padahal udah kelas 6 ya, masa dimana kita harus serius menghadapi ujian akhir. Kelas lain mah pada serius belajar, tapi kelas kita yang rame sendiri teriak-teriak karena asyik main boy-boyan, salahnya nggak ada guru, hahahaha (don't try this guys :D).

The Last Moment

Ini adalah momen terakhir yang kami buat semasa kami SD, acara perpisahan. Kalo nggak salah inget, perpisahan saya ini dilaksanain di Dago Pakar, tepatnya di Taman Ir. H. Juanda, Bandung. Hal yang nggak bisa saya lupain adalah ketika kami membuat barisan panjang dan menyanyi disana. Di saat itulah saya mencoba untuk tidak menangis (walau saat itu udah keluar air matanya), karena mengingat bahwa sehabis acara perpisahan kita akan berada di SMP tujuan kita, berpisah satu sama lain dan melanjutkan perjalanan masing-masing. Dan yang paling berat ketika harus berpisah dengan wali kelas kami waktu kelas 5 yang super banget, Pak Hobir. Haahh, nggak bisa ngelupain momen ini :').

Sebenernya masih banyak kejadian lucu yang saya alami waktu SD dulu. Tapi berhubung memori terbatas, jadi hanya cerita-cerita di atas yang masih saya inget sampe sekarang. Meski udah bertahun-tahun berlalu, semoga kenangan ini nggak mudah untuk dilupain, sampe kapanpun :')

*
Post ini saya didedikasikan untuk temen-temen sekelas saya di SD Negeri SOKA Unggulan Bandung beserta wali kelas saya tercinta, Pak Hobir dan Pak Dadang (alm.) juga guru-guru yang mengajar kami. Saya nggak akan bisa begini tanpa jasa kalian Pak, Bu, terima kasih :')

0 comments:

Posting Komentar